Senin, 29 Desember 2025
Salsabila FM
Lintas Berita

Lawan Budaya Instan AI, KPS Gelar Pameran "Titik Balik Tujuh: Waspada"

Ach. Mukrim - Sunday, 28 December 2025 | 04:44 AM

Background
 Lawan Budaya Instan AI, KPS Gelar Pameran "Titik Balik Tujuh: Waspada"
KPS saat pemeran di Perpusda Sampang. (Salman/Salsa/)

salsabilafm.com - Di tengah gempuran teknologi kecerdasan buatan (AI) yang mampu menghasilkan citra hanya dalam hitungan detik, Komunitas Perupa Sampang (KPS) justru mengambil langkah kontradiktif. Melalui pameran bertajuk "Titik Balik Tujuh: Waspada", komunitas ini menyerukan pentingnya menjaga "ruh" dalam seni melalui proses manual yang kian ditinggalkan.


Pameran yang digelar di Gedung Perpustakaan Daerah (Perpusda) Sampang ini, berlangsung sejak 27 hingga 30 Desember 2025. Gelaran ini bukan sekadar rutinitas akhir tahun, melainkan manifesto perlawanan terhadap budaya instan digital yang kian masif.


Ketua KPS, Chairil Alwan, menegaskan, tema "Waspada" bukanlah bentuk sikap antipati terhadap kemajuan teknologi. Sebaliknya, ini adalah sebuah alarm bagi kesadaran diri, khususnya bagi generasi z dan alpha.


"Waspada bukan berarti kita menolak teknologi. Namun, kami melihat ada ancaman hilangnya 'proses'. Anak-anak sekarang mulai tidak mencoba untuk tahu bagaimana sebuah karya tercipta, mereka cukup mengetik kata kunci, lalu hasil muncul secara instan," ujar Alwan saat ditemui di lokasi pameran, Sabtu (27/12/2025).


Menurut Alwan, ada nilai kemanusiaan yang tergerus ketika seseorang meninggalkan proses melukis secara fisik. "Dengan melukis, kita melatih jiwa. Tanpa peran rasa dalam proses berkarya, kepekaan rasa dalam kehidupan nyata pun akan ikut berkurang. Inilah yang kami khawatirkan," imbuhnya.


Alwan mengungkapkan, angka tujuh dalam tajuk "Titik Balik Tujuh" menandai konsistensi KPS yang telah berdiri tegak menjaga ekosistem seni rupa di Sampang selama tujuh tahun terakhir. Maksud dari titik balik adalah setiap bulan Desember, pameran ini menjadi ajang refleksi kolektif bagi para seniman lokal sebelum melangkah ke tahun yang baru.


"Tahun ini ada keterlibatan generasi muda dan santri. Meski jumlahnya terbatas karena keterbatasan ruang pamer, kami berkomitmen tahun depan akan menampung lebih banyak lagi keinginan anak muda untuk bergabung," ungkapnya.


Dia menjelaskan, pemilihan Perpusda Sampang sebagai venue pameran dipandang sebagai langkah strategis untuk mempertemukan literasi visual dan literasi tulis. KPS berambisi menjadikan Sampang sebagai salah satu barometer baru seni rupa di tingkat nasional.


Agar suasana lebih inklusif dan tidak kaku, lanjutnya, pameran juga diselingi dengan penampilan live music. Hal ini dilakukan untuk memancing dialog lintas disiplin seni sekaligus menarik minat publik luas agar tidak ragu masuk ke ruang galeri.


Melalui pameran ini, pihaknya berharap masyarakat tidak hanya menjadi konsumen visual, tetapi juga menjadi apresiator yang memahami jerih payah di balik sebuah kanvas. Dengan dukungan dari berbagai pihak dan kolaborasi media termasuk Radio Salsabilafm, pameran ini menjadi bukti bahwa seni rupa di Madura masih memiliki taji.


"Bagi Anda pecinta seni atau masyarakat umum yang ingin melihat bagaimana keresahan para perupa Sampang diterjemahkan ke dalam sapuan kuas, pameran ini terbuka hingga 30 Desember mendatang. Sebuah kesempatan untuk berhenti sejenak dari layar gawai dan kembali merasakan rasa yang autentik," ucapnya.


Sementara itu, Plt Kepala Dispursip Kabupaten Sampang, Siti Chairijah sangat mendukung kegiatan seni rupa yang digelar di lingkungan perpustakaan karena memiliki nilai literasi yang kuat.


“Dispursip adalah tempat yang cocok. Kami sangat mendukung kegiatan ini karena seniman adalah salah satu bentuk ekspresi untuk menuangkan ide dan mengeksplorasi potensi yang ada di Kabupaten Sampang,” ujarnya.


Menurutnya, karya seni mampu merepresentasikan identitas daerah sebagaimana kabupaten lain di Madura yang telah memiliki ciri khas budaya masing-masing.


“Bangkalan mengangkat kek lesap, Pamekasan dengan sakeranya. Lalu Sampang apa? Dengan adanya gelar budaya ini, para seniman bisa mengangkat sisi heroik Sampang dan menceritakannya melalui karya,” ungkapnya.


Ia juga memaknai tema “Waspada! Kilas Balik Tujuh” sebagai simbol keberlanjutan, “Kalau tujuh dibalik menjadi huruf ‘L’, artinya lanjut. Tujuh itu tongkat untuk melangkah ke depan, ayo kita gali bersama-sama,” katanya.


Di tempat yang sama, Ketua PWI Sampang, Hanggara Pratama Syahputra, mengapresiasi konsistensi Komunitas Perupa Sampang dalam menghadirkan ruang ekspresi seni yang sarat dengan pesan sosial.


“Atas nama Persatuan Wartawan Indonesia, kami mengapresiasi KPS yang secara konsisten menghadirkan seni rupa sebagai medium refleksi sosial, kritik, dan kesadaran bersama. Tema ‘Waspada!’ adalah seruan moral agar kita lebih peka terhadap realitas sosial,” ucapnya.


Menurut Hanggara, seni dan jurnalistik memiliki ruh yang sama dalam menjaga nurani publik, “Seni rupa berbicara tanpa kata, sementara jurnalisme menyampaikan fakta dengan kata. Keduanya saling melengkapi dalam membangun peradaban yang kritis dan berkeadaban,” jelasnya.


Perlu diketahui, pameran kali ini menampilkan puluhan karya dari 16 perupa dengan latar belakang yang beragam, mulai dari seniman senior hingga kalangan santri. Nama-nama seperti Alwan, Hardi, Abd Hamid, Satuman, Boedi, Rony, Apek, Bang Joe, Hermansyah, Santri Krajuk, Nanang, Dul Kreatif, Ghina, Indah, hingga Wida, turut andil memamerkan karya yang membawa identitas personal masing-masing. (Mukrim)