Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang menggelar Sarasehan Kader NU bertajuk “Bedah Sejarah dan Filosofi Lambang NU Untuk Memperkuat Ideologi Ke NU-an” Karya Master Desainer NU KH. Ridlwan Abdullah.
Kegiatan tersebut bertempat di ruang Auditorium Centre Pondok Pesantren (PP) Darussalam Al-Faisholiyah Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang, Kamis (30/12/2021) malam. Serta diikuti oleh sebanyak 500 kader NU se-Kecamatan Ketapang.
Hadir dalam kegiatan tersebut, KH. Karror Abdullah Schal dan KH. Imam Bukhori yang merupakan cicit Syaikhona Kholil Bangkalan. Kemudian, KH. Sholahuddin Azmi (Cucu KH. Ridlwan Abdullah), serta KH. Moh Itqan Bushiri selaku Ketua Tanfidziyah PCNU Sampang.
“Dalam kegiatan yang diprakarsai oleh Koordinator Penggerak NU Kecamatan Ketapang, K. Ayatullohi Mubarok, Pengasuh PP. Darussalam Al Faisholiyah, hanya Ketua PC GP Ansor Sampang, KH. Khoiron Zaini yg berhalangan hadir,” tutur Muhaki, Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan, Jum’at (31/12/2021) pagi.
Ketua Pelaksana Kegiatan, Muhaki memaparkan beberapa point penting yang telah disampaikan oleh KH. Sholahuddin Azmi. Pertama, terkait sejarah dan filosofi lambang NU, dari pada penjelasan yang tersurat dalam buku lebih banyak yang tersirat.
“Menurut KH. Sholahuddin Azmi, terkait filosofi dan sejarah lambang NU itu benar ketika itu disampaikan oleh orang yang memiliki silsilah dengan dzurriyah pendiri NU. Artinya, shoheh jika disampaikan menurut versinya KH. Ridlwan Abdullah,” jelasnya.
Point Kedua, terkait dialog KH. Sholahuddin Azmi dengan KH. Maimun Zubair pada waktu sepuluh hari sebelum beliau berangkat haji. Mbah Maimun Zubair bertanya “Apakah benar lambang NU yang ditulis di beberapa buku adalah hasil mimpi dari KH. Ridlwan Abdullah?”.
Lantas, KH. Sholahuddin Azmi yang akrab disapa Gus Azmi menjawab “Bahwa simbol lambang bumi yang dikelilingi bintang 9 dengan bintang paling atas terbesar, diperoleh ketika KH. Ridlwan Abdullah melakukan istikharah dan dilanjutkan dengan pembacaan wirid”.
“Di tengah-tengah wirid itu beliau keseliep atau tertidur sejenak, sementara posisi tasbihnya tetap berputar. Pada waktu itulah KH. Ridlwan Abdullah melihat bumi yang dikelilingi oleh bintang 9,” sambungnya.
Mendengar hal itu, kemudian Mbah Maimun berkata “Jadi yang ada di buku-buku itu banyak yang keliru karena banyak yang mengatakan lambang NU itu hasil dari mimpi KH. Ridlwan Abdullah, yang benar itu adalah hasil istikharah KH. Ridlwan Abdullah”.
Berdasarkan dauh Mbah Maimun Zubair, KH. Sholahuddin Azmi menyebutkan bahwa tafsir tentang lambang NU sebagai hasil mimpi, harus dirubah menjadi hasil istikharah KH. Ridlwan Abdullah. Karena jika hanya hasil mimpi, tidak mungkin NU bertahan dan besar seperti saat ini.
Kemudian, Mbah Maimun kembali bertanya “Apakah benar huruf dhot dalam dalam pelafalan Nahdlatul Ulama itu melingkari bumi?”. Lalu Gus Azmi menjawab bahwa beliau tidak pernah mendapat penjelasan tentang itu dari abahnya.
Menanggapi itu, Mbah Maimun Zubair berdauh bahwa dhot itu benar melingkar bumi dan pelafalan huruf dhot itu tidak ada yang fasih di antara ummat nabi kecuali Nabi Muhammad SAW. Maka, pelafalan dhot tersebut menunjukkan tingkat kema’rifatan dan kewalian KH. Ridlwan Abdullah.
“Artinya, KH. Ridlwan Abdullah telah mendapatkan izin dari Nabi Muhammad SAW untuk menuliskan dhot melingkar bumi. Mudah-mudahan melalui materi inj, semua kader yang mengikuti acara ini lebih mantap ideologi ke NU-annya,” pungkasnya. (Romi)