Petani yang menggunakan pupuk organik masih terbatas. Buktinya, setiap tahun permintaan pupuk subsidi jenis organik cenderung lebih sedikit.
Oleh sebab itu, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Disperta KP) Sampang mendorong petani agar bisa menggunakan pupuk organik.
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Disperta KP Sampang Nurdin mengungkapkan, pupuk bersubsidi yang dialokasikan ke wilayahnya mengalami peningkatan cukup besar.
“Jenis urea yang sebelumnya 16.542 ton meningkat 35.433 ton. Jenis SP-36 yang sebelumnya 3.694 ton meningkat menjadi 9.007 ton dan ZA dari 2.737 ton menjadi 10.860 ton Pupuk NPK yang semula 3.770 ton menjadi 21.219 ton,” ungkapnya, Selasa (16/3/2021).
Sedangkan untuk pupuk organik dari 7.266 ton menjadi 11.498 ton. Peningkatannya paling sedikit, dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa petani kurang minat menggunakan pupuk organik.
Nurdin menerangkan, pupuk organik bisa menyuburkan tanah dalam jangka waktu lama. Dengan kesuburan tanah tersebut dapat meningkatkan hasil produksi tani.
Ia juga menjelaskan, dampak penggunaan pupuk organik itu tidak bisa dirasakan dalam waktu dekat. Hal itu yang membuat petani enggan menggunakan pupuk tersebut karena pola pikir mereka lebih senang dengan yang instan dan cepat.
“Hanya saja, memang pupuk organik tidak instan seperti urea,” ujarnya.
Pupuk organik sebenarnya bisa dibuat oleh petani sendiri. Akan tetapi, sampai saat ini para petani di Sampang belum mengenal lebih keunggulan pupuk tersebut.
Maka dari itu, pihaknya menginstruksikan penyuluh pertanian gencar memberikan pemahaman mengenai keunggulan pupuk organik.
“Tahun ini kita juga ada program pembuatan pupuk organik di setiap desa. Jadi, penyuluh itu harus melatih petani membuat pupuk organik,” imbuhnya Nurdin. (Mukrim)