Elektronik Retribusi Pasar (E-RPas) yang digagas oleh Dinas Koperasi dan Perdagangan (Diskopindag) tidak diminati pedagang. Padahal, inovasi itu digagas untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pasar.
Sekretaris Diskopindag Sampang Barrul Alim menyampaikan, sistem pembayaran retribusi pasar nontunai itu digagas untuk mencegah kebocoran pendapatan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi digital.
“Realisasi penarikan retribusi pasar berbasis teknologi di Sampang belum maksimal. Aplikasi E-RPas yang disiapkan kurang digandrungi pedagang. Dalam perjalanannya justru ditinggal dan kembali pada sistem konvensional,” ujarnya.
Ia menjelaskan, E-RPas di-launching di Pasar Rongtengah pada 2019 silam. Sayangnya, tidak begitu diminati pedagang karena dinilai belum efisien. Pedagang keberatan jika harus membayar biaya administrasi pada perbankan selaku penyedia.
“Karena itu, pembayaran kembali dengan cara konvensional. Bahkan, belum sempat dikembangkan untuk dioperasikan di pasar lain. Mengingat, penggunaan aplikasi ini memerlukan pengetahuan teknologi,” katanya.
Barrul Alim menilai tidak semua pedagang cakap teknologi. Bahkan, belum pernah dicoba di Pasar Srimangunan. Sebab, pedagang terlalu majemuk, terdiri dari pedagang yang tidak paham teknologi dan mengerti teknologi.
“Sudah pernah kami terapkan menggunakan e-Rpas. Tapi, belum maksimal dan sekarang pembayarannya kembali dengan sistem konvensional,” paparnya.
Pihaknya akan tetap mengupayakan formulasi baru penarikan retribusi nontunai. Seperti bekerja sama dengan penyedia yang tidak menarik biaya administrasi bagi pengguna. Sebab, kemajuan teknologi diperkirakan akan terus terjadi hingga di masa mendatang.
“Perkembangan teknologi terus tumbuh pesat. Kami akan coba kembali mengupayakan dengan menggandeng mitra penyedia lain tanpa mengenakan biaya administrasi,” pungkasnya. (Mukrim)