salsabilafm.com – Petani garam rakyat di Sampang, Jawa Timur, harus memanen lebih awal akibat cuaca yang tidak menentu. Beberapa wilayah di Sampang mengalami cuaca mendung, bahkan hujan deras.
“Kami lebih memilih panen lebih awal karena khawatir merugi. Sebab, saat lahan garam terkena hujan hasil produksi menjadi rusak. Berbeda dengan hasil panen garam dengan waktu yang pas. Garam yang kualitas bagus itu minimal sepekan dipanen. Baru hasilnya bagus,” kata Asmuni, seorang petani garam asal Kecamatan pengarengan.
Menurut dia, waktu panen yang lebih cepat berpengaruh pada kualitas garam. Kalau waktu panennya lama garam yang dihasilkan bagus, kasar dan besar.
“Perbedaannya kalau harinya sedikit, garamnya kurang kasar atau kurang bersih,” ujarnya, Sabtu (26/10/2024).
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Budidaya dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sampang, M Mahfud optimis tahun 2024 produksi garam melimpah dan mencapai target Pemerintah.
“Adanya La Nina sedikit mempengaruhi produkai garam pada masa awal produksi. Namun kami tetap optimis produksi garam capai target dengan kualiatas terbaik,” kata Mahfud.
“Kami tetap optimis karena tahun lalu (2023) produksi garam mencapai 326.913 ton, sedangkan tahun ini target produksi garam rakyat 300 ton. Jumlah itu merupakan yang tertinggi sepanjang lima tahun terakhir di Kabupaten Sampang, karena didukung oleh cuaca,” tambahnya.
Ketua Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Sampang, Jakfar Sodiqin juga mengatakan kemarau basah menyebabkan produksi garam mundur, sehingga target yang di pasang pemerintah pesimis tercapai. Kecuali jika kemaraunya bertambah.
“Awal musim kemarau memang masih hujan dampak La Nina, maka tentu akan sangat memicu produksi. Kecuali jika kemaraunya bertambah maka target bisa tercapai,” jelasnya.
Dia juga mengungkap harga garam cukup rendah saat ini, berkisar Rp400 hingga Rp1000 perkilonya, tergantung pada kualitas garam.
“Jika yang kualitas bagus akan sampai harganya 900 rupiah hingga 1000 rupiah perkilogramnya,” ucapnya. (Mukrim)