salsabilafm.com– Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sampang menggelar Pagelaran Puisi untuk Negeri dan Seni Gambus Lesbumi di Gedung PKPRI Sampang, Senin (28/10/2024) malam. Kegiatan tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Santri 2025 dan Pra Pelantikan PCNU Kabupaten Sampang masa khidmat 2024-2029.
Dalam pegelaran tersebut, tiga kiai di PCNU Sampang membacakan puisi karya Tokoh NU terkemuka, KH. Musthofa Bisri yang bertajuk Negeriku, Pilihan, dan Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana. Mereka adalah Kiai Mahrus Zamroni, Katib Syuriyah PCNU Sampang, KH. M. Itqon Bushiri, Ketua Tanfidziyah PCNU Sampang, dan KH. Nuruddin JC, Wakil Ketua PCNU Sampang.
Para Kiai, Pengurus NU, Banom, dan Lembaga, serta warga Nahdliyyin yang hadir juga dihibur dengan musik Islami yang dipersembahkan oleh Seni Gambus Lesbumi yang merupakan gabungan dari grup gambus besar di Sampang meliputi Al- Ifroh, Al- Asyiqin, Al- Marun dan lainnya. Suara vokal merdu Ustad Syafi’i Robatly dan Lora Tamam Ali membuat suana acara terasa bernuansa Timur Tengah.
Ketua Tanfidziah PCNU Kabupaten Sampang, KH. Moh. Itqon Bushiri mengatakan, melalui pagelaran ini tersirat pesan yang ingin disampaikan bahwa musik adalah milik para ulama. Dia menjelaskan, yang meletakkan musik itu adalah cendikiawan muslim yang ahli di bidang musik yakni Al-Farabi, seorang filsuf, ilmuwan, dan ahli hukum Islam yang dikenal sebagai ahli teori musik dan penemu not-not dasar musik.
“Baca sejarahnya, ini Al- Farobi, do-re-mi-fa, yang kemudian diteruskan lagi oleh Al-Kindi, so-la-si. Jadi do-re-mi-fa-so-la-si-do dari ulama kita. Jadi musik itu aslinya milik kita. Kenapa musik ini seolah-olah bukan milik kita, seperti rock, pop, sementara kita hanya di gambus, Hadrah,” ungkap Kiai Itqon kepada salsabilafm.com saat ditemui pasca kegiatan.
Dia menggambar sosok Sunan Kalijaga dengan Gamelannya, bahwa itu adalah pelajaran mempelajari keindahan. Selain itu, kisah nabi Sulaiman yang kesulitan membuka peti ayahnya yakni nabi Daud, meski dengan bantuan manusia bahkan kalangan jin, yang kemudian dapat terbuka berkat do’a indah yang dipanjatkan oleh nabi Sulaiman.
“Do’anya adalah allahumma binurika tadaitu, wa bifadlika istaqnaitu, wa bini’matika ashbahtu wa amsaitu, hadzihi dunubi baina yadaika, astaqfiruka wa atubu ilaika, ya Hannan ya Mannan. Kalimat wa bifadlika istaqnaitu, artinya kita dengan nikmat Allah itu, kita dibahagiakan dan bersenang-senang, salah satunya dengan musik” tuturnya.
“Namun kita berhenti tadi karena dibatasi waktu. Artinya kesenangan pun jangan berlebihan, karena ada ruang kita harus menghadap Allah yang tidak boleh disia-siakan,” pungkasnya. (Romi)