Santri Assirojiyyah Kajuk Dilatih Tangguh Hadapi Bencana Alam

Spread the love

salsabilafm.com – Pondok Pesantren Assirojiyyah Kajuk, Sampang kembali melaksanakan program tahunan Santri Tangguh Bencana (Sanggub), Kamis (10/7/2025) kemarin. Kegiatan yang menyasar santri kelas enam ini bertujuan memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar dalam menghadapi bencana alam.

Tahun ini, jumlah peserta meningkat menjadi 131 santri, dibandingkan tahun lalu yang hanya diikuti 105 peserta.
Lonjakan ini menunjukkan semakin besarnya kepedulian santri terhadap pentingnya kesiapsiagaan bencana, baik di lingkungan pondok maupun masyarakat umum.

Para santri mengikuti simulasi evakuasi bencana seperti banjir, tanah longsor, dan gempa bumi. Simulasi dilakukan secara realistis agar peserta memahami prosedur penyelamatan diri yang tepat dan efisien.

Praktinya, kegiatan tersebut melibatkan Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD), Forum Penguruan Resiko Bencana (FPRB), Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU), dan Palang Merah Indonesia (PMI) Sampang.

Pengasuh Ponpes Assirojiyyah Kajuk, KH. Athoulloh Bushiri mengatakan, Sampang merupakan kabupaten dengan tingkat kerentanan bencana cukup tinggi. Karenanya, kesadaran masyarakat melalui sikap tangguh menghadapi bencana sangat diharapkan muncul di tengah masyarakat termasuk kalangan pesantren.

“Munculnya pesantren tangguh bencana sebagai perwujudan dari kesiapsiagaan pesantren menghadapi kebencanaan yang bisa kapanpun terjadi. Urusan kebencanaan memang urusan kita semua. Namun, kami berharap kalangan santri di pesantren juga turut menjadi garda tangguh bencana,” jelasnya.

Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Ponpes Assirojiyyah Kajuk, KH Moh Itqan Bushiri menambahkan, pendidikan kebencanaan merupakan ikhtiar dalam menghadapi kenyataan bahwa bencana bisa terjadi kapan saja.

“Bencana tidak bisa ditolak, tapi bisa diantisipasi. Santri perlu disiapkan secara mental dan fisik agar tidak panik. Program ini langkah awal untuk itu,” ucapnya.

Salah satu mentor kegiatan, Agus Haris menjelakan, santri tidak hanya diberi teori, namun juga ditanamkan nilai mental seperti tolong-menolong dan tidak panik saat menghadapi kondisi darurat.

“Harapan kami, para santri mampu menjaga satu sama lain saat terjadi bencana. Di kamar, di asrama, maupun di lingkungan pondok, solidaritas harus diutamakan,” ujarnya.

Program ini merupakan bagian dari kurikulum karakter yang diterapkan di Ponpes Assirojiyyah. Melalui kegiatan ini, santri tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga dilatih untuk menjadi pribadi tangguh dan siap menjadi agen perubahan di masyarakat.

Sementara itu, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten Sampang, Moh Hasan Jailani, memberikan apresiasi atas langkah strategis Assirojiyyah dalam membentuk Sanggub sebagai wadah pembelajaran sekaligus penguatan jejaring santri terhadap isu-isu kebencanaan.

“Semakin banyak pondok membentuk Sanggub, maka kekuatan kolektif pengurangan risiko bencana akan terbentuk. Santri harus kuat spiritual dan juga tangguh dalam menghadapi musibah,” pungkasnya. (Mukrim)


Spread the love

Related Articles

Latest Articles