Pecahnya Bisul Kemarahan Rakyat

0

Oleh: Faisol Ramdhoni*

salsabilafm.com – Sejarah bangsa ini adalah sejarah jalan raya. Ketika ruang-ruang demokrasi dikebiri, ketika parlemen menjadi ruang sunyi bagi rakyat, jalan-jalan kota menjadi mimbar yang paling jujur. Sejak awal 2025, suhu politik dan sosial di Indonesia sudah mulai mendidih. Gelombang aksi terus membesar, dari kampus, pabrik, hingga pangkalan ojek online. Dan puncaknya, di akhir Agustus, bisul kemarahan itu pecah dengan darah, api, dan suara rakyat yang tak lagi bisa dibungkam.

Februari: Amarah Pertama Mahasiswa

Februari menjadi tanda awal. Mahasiswa kembali ke jalan, menolak revisi UU TNI. Revisi yang hendak memberi ruang luas bagi militer masuk ke ranah sipil ini jelas mengancam demokrasi. Rakyat tahu, luka masa lalu belum sembuh. Reformasi 1998 lahir salah satunya dari tekad menghapus dwifungsi ABRI, agar tentara kembali ke barak dan sipil memegang kendali demokrasi. Namun, DPR dan pemerintah tampak nekad membuka pintu itu kembali.
Dengan mengusung Indonesia Gelap, gelombang aksi mahasiswa ini serentak terjadi di peblagai kota-kota besar di Indonesia. Sejumlah mahasiswa dari kampus-kampus ternama pun turut berada di garda terdepan.
Pertanyaannya sederhana: apakah bangsa ini rela berjalan mundur? Apakah kita ingin mengulang bab gelap di mana suara rakyat ditindas atas nama stabilitas? Mahasiswa menjawab dengan tegas: tidak. Tapi para legislator di Senayan seolah tuli. Mereka lebih sibuk rapat soal frasa pasal daripada mendengar teriakan rakyat di luar gedung.

Maret–April: Buruh Bergerak

Maret dan April, giliran buruh turun ke jalan. Mereka bicara tentang upah minimum yang tak naik signifikan, pesangon yang makin dikurangi, hingga kontrak kerja yang makin tak manusiawi. Ironisnya, di saat yang sama, DPR mengesahkan kenaikan tunjangan dan fasilitas mereka sendiri.
Beginilah wajah republik hari ini: rakyat disuruh hemat, DPR berpesta pora. Rakyat antre beras murah, DPR antre mobil dinas baru. Rakyat dicekik pajak, DPR dicekoki fasilitas. Jika ini bukan bentuk penghinaan terang-terangan, apa namanya?
Gelombang buruh itu mengingatkan kita pada sejarah lama: ketika buruh menjadi motor perlawanan politik, dari 1920-an hingga 1998. Bedanya kini, buruh tak hanya melawan pengusaha rakus, tapi juga negara yang melindungi kerakusan itu.

Mei–Juni: Jeritan Ojol

Mei dan Juni menyajikan wajah lain dari penderitaan rakyat: para pengemudi ojek online. Mereka menuntut hal sederhana: Tunjangan Hari Raya dan perlindungan kerja. Sesuatu yang wajar bagi pekerja yang siang malam menjadi urat nadi transportasi dan logistik kota. Tapi negara pura-pura tuli, dan perusahaan aplikasi bersembunyi di balik kata “algoritma”.
Padahal, tanpa ojol, denyut kota bisa lumpuh. Mereka mengantar makanan, mengantar penumpang, mengantar paket, bahkan mengantar harapan keluarga untuk tetap hidup sehari-hari. Tetapi ketika bicara hak, mereka justru didorong ke jurang ketidakpastian. Bagaimana bisa negara sebesar ini membiarkan pekerja kunci terpuruk, sementara segelintir elite menikmati surplus keuntungan dari jerih payah mereka?

Juli: Ledakan Pajak dan Gelombang Bersatu

Juli adalah bulan ketika amarah rakyat makin sulit dibendung. Tak hanya mahasiswa, buruh, dan ojol, rakyat kecil di daerah pun ikut melawan. Di Pati, Jawa Tengah, kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) hingga 250 persen membuat rakyat mengamuk. Mereka mengepung kantor pemerintahan, memaksa kebijakan dicabut, bahkan membuat bupati gentar.
Peristiwa Pati itu menjadi alarm: rakyat bisa marah, dan ketika marah, kekuasaan bisa terguncang. Tapi apakah pemerintah pusat belajar? Tidak. Mereka terus melaju, seakan yakin rakyat akan pasrah.
Sementara itu, di kota-kota besar, aksi makin meluas. Mahasiswa, buruh, ojol, bahkan petani dan pedagang kecil mulai berbaris bersama. Isu mereka bercampur: revisi UU TNI, tunjangan DPR, THR ojol, kenaikan pajak. Semua teranyam dalam satu benang merah: rakyat diperas, elite berpesta.

Agustus: Bisul Pecah

Dan tibalah Agustus. Bulan yang seharusnya menjadi pesta kemerdekaan, justru berubah jadi bulan duka rakyat. Pada 28 Agustus 2025, ribuan ojol bersama mahasiswa memenuhi jalan-jalan Jakarta. Bukan lagi satu-dua tuntutan yang mereka bawa, melainkan seruan menyeluruh: stop revisi UU TNI, hapus tunjangan DPR, berikan THR dan upah layak, hentikan pajak mencekik.
Hari itu, negara menunjukkan wajah aslinya. Bukan sebagai pelindung rakyat, tapi sebagai pengawal kepentingan elite. Aparat dengan tameng, gas air mata, dan kendaraan taktis mengepung rakyat. Dan di tengah kericuhan, seorang anak muda bernama Affan Kurniawan, 21 tahun, tewas digilas kendaraan Brimob.
Affan bukan politisi, bukan elite, hanya driver ojol yang hidup dari keringat harian. Namun kematiannya menjadi simbol betapa murah nyawa rakyat di mata penguasa. Seperti Munir di awal 2000-an, seperti korban Semanggi 1998, nama Affan kini jadi saksi bahwa republik ini masih saja menelan anak-anaknya sendiri.
Kematian Affan memecahkan bisul yang sudah lama membengkak. Jakarta terbakar. Ban menyala, barikade aparat diterobos, kaca-kaca gedung pecah. Aksi menyebar ke Bandung, Surabaya, Medan, hingga Makassar. Jalan raya menjadi mimbar rakyat, dan vonisnya jelas: pemerintah gagal, DPR gagal, aparat gagal.
Bahkan hingga tulisan ini diketik, aksi-aksi itu tak berhenti bahkan meluas merambah ke kota-kota kecil.
Kemarahan yang Sejati
Inilah wajah kemarahan yang sejati. Setiap ban terbakar adalah lambang perut rakyat yang lapar. Setiap kaca gedung pecah adalah lambang hancurnya kepercayaan. Setiap batu yang dilempar adalah surat protes terhadap elite politik yang lebih sibuk menghitung tunjangan daripada mendengar jeritan rakyat.
DPR kini lebih pantas disebut “Dewan Pembagi Rezeki” untuk diri mereka sendiri. Pemerintah lebih sibuk menjaga kursi kekuasaan daripada menjaga perut rakyat. Aparat lebih setia pada perintah elit daripada pada sumpah melindungi rakyat. Demokrasi yang katanya sudah mapan ternyata hanyalah topeng rapuh.

Permintaan maaf tak akan menghidupkan Affan. Investigasi tak akan menghapus lapar. Janji reformasi hanyalah kata-kata basi yang sudah lama diperdagangkan. Rakyat tahu itu. Bisul kemarahan sudah pecah, dan nanahnya mengalir di jalan-jalan kota.
Cermin dari Sejarah
Apa yang terjadi pada 2025 ini bukan hal baru. Tahun 1998, mahasiswa dan rakyat mengusir Soeharto karena harga sembako melambung dan korupsi merajalela. Tahun 2019, mahasiswa menolak revisi UU KPK dan sejumlah undang-undang yang dianggap mengkhianati demokrasi. Tahun 2020, rakyat marah pada UU Cipta Kerja.
Polanya sama: ketika penguasa buta, rakyat yang membuka mata. Ketika penguasa tuli, rakyat yang bersuara. Ketika penguasa rakus, rakyat yang melawan. Jalan raya adalah kitab suci demokrasi yang tak bisa disensor.

Pertanyaan untuk Republik

Kini, republik ini dihadapkan pada pilihan pahit: apakah penguasa mau mendengar suara rakyat, atau terus menutup telinga? Apakah DPR mau menghapus tunjangan mereka, atau tetap menari di atas penderitaan rakyat? Apakah pemerintah mau menghentikan revisi UU TNI, atau biarkan tentara kembali menguasai ruang sipil? Apakah perusahaan aplikasi mau memberi THR bagi ojol, atau terus menyembah algoritma sambil membuang manusia ke pinggir jalan?
Rakyat sudah bicara dengan jelas. Mereka tak lagi percaya janji, tak lagi sabar dengan retorika. Mereka sudah kehilangan rasa takut, karena lapar lebih menakutkan daripada gas air mata, dan kehilangan pekerjaan lebih menyakitkan daripada pukulan pentungan.

Penutup: Api sebagai Mikrofon

Bisul kemarahan rakyat sudah pecah. Pertanyaannya sekarang, apakah negara akan merawat luka ini, atau membiarkannya membusuk? Jika negara memilih abai, jangan salahkan rakyat jika mereka menjadikan api sebagai mikrofon, jalan raya sebagai podium, dan batu sebagai bahasa.
Karena ketika demokrasi diperdagangkan di Senayan, rakyat akan selalu menemukan cara untuk merebutnya kembali. Dan sejarah mengajarkan satu hal: tidak ada kekuasaan yang bisa bertahan jika rakyat sudah sepakat untuk marah.Wallahu ‘alam Bis Showab

*Penulis adalah Sekretaris PC. IKAPMII Sampang

Meriahkan HUT RI, SDN Torjunan 3 Gelar JJS dan Pentas Seni Kreativitas Siswa

0

salsabilafm.com – Ratusan masyarakat dan siswa SDN Torjunan 3 mengikuti Jalan Jalan Sehat (JJS) dengan rute mengelilingi Desa Torjunan, Kecamatan Robatal, Sampang. Sabtu (30/8/2025). Selain itu, juga ada pentas seni kreativitas, sebagai betuk aktualisasi inovasi siswa.

Sejumlah hadiah menarik diperebutkan peserta, seperti alat tulis, kulkas alat dapur hingga hadiah utama mesin cuci dan Kambing.

Kepala Sekolah SDN Torjunan 3 Fitri Hamzah mengatakan, kegiatan JJS digelar dalam rangka memperingati HUT RI yang ke- 80. Tujuannya untuk memupuk rasa cinta tanah air dan mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang.

“Terimakasih telah memeriahkan perayaan HUT RI, mari kita merefleksikan kembali semangat dan pengorbanan pahlawan kita saat memperjuangkan bangsa ini sampai merdeka,” katanya.

Dikatakan, kegiatan yang digelar tidak lain sebagai bentuk rasa syukur sebagai generasi penerus bangsa yang cinta akan tanah air indonesia.

“Kami harapkan kepada anak didik semuanya agar terus tanamkan rasa cinta tanah air dan jangan sampai lupakan sejarah,” pesannya.

“Tentu, kami mengucapkan terimaksih kepada seluruh sponsor dan unsur kepanitiaan yang telah mendukung kegiatan ini hingga selesai,” sambung Fitri.

Sementara, Korbidcam Kecamatan Robatal Taufik mengatakan, kegiatan tersebut banyak diminati oleh warga. Itu merupakan bukti bahwa SDN Torjunan 3 menjalin kerja sama yang baik dengan masyarakat.

“Bukti kongkrit bahwa sekolah ini sudah menjalin kerjasama yang baik dengan masyarakat setempat,” kata dia.

Dia berharap, SDN Torjunan 3 semakin mendapat kepercayaan dari masyarakat luas. “Saya rasa ketika masyarakat sudah mempercayai, insyaallah banyak yang akan meninitip anaknya ke sekolah ini,” tutupnya. (“)

Komunitas Ojol di Sampang Nyalakan 1000 Lilin dan Kecam Represifitas Aparat

0

salsabilafm.com – Solidaritas masyarakat dan pemuda dan Komunitas Ojol di Sampang menggelar aksi seribu lilin sebagai bentuk duka cita atas meninggalnya pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan. Affan meninggal usai dilindad mobil barakuda Brimob saat demonstrasi DPR di Jakarta.

Aksi yang digelar pada Jum’at (29/8/2025) malam
di halaman Mapolres Sampang ini dimulai dengan denga tahlil dan doa bersama. Kemudian, menyalakan 1.000 lilin sebagai simbol keprihatinan dan penghormatan terakhir bagi almarhum.

Perwakilan ojol, Ahmad Habibur Rahman, menyampaikan keluhannya atas perlakuan aparat terhadap para pengemudi. Dia berharap
kejadian seperti yang menewaskan Affan terulang lagi. “Ojek online, masyarakat, siapapun itu, jangan diperlakukan seperti musuh. Tolong jangan dibentak-bentak, kami semua manusia. Banyak kawan ojol sudah lengkap surat-suratnya, tapi tetap dibentak,” ucapnya.

“Kepada kepolisian, khususnya di Sampang, jadikan ini pelajaran agar tidak ada lagi perlakuan seperti itu,” sambungnya.

Faisal Amin, mahasiswa Sampang ikut menyampaikan kritik keras kepada polisi. Menurut dia, aparat yang seharusnya melindungi justru menjadi pembunuh rakyat.

“Saya kecewa, dan saya mengimbau kepada Kapolres Sampang agar hal seperti ini tidak terjadi di kota kita,” tegas Faisal.

Helmi, perwakilan Aliansi BEM Kabupaten Sampang, turut menyampaikan aspirasinya di depan Kapolres. Dia menegaskan bahwa peran mahasiswa sebagai penyambung lidah rakyat.

“Sayangnya, beberapa kali kami justru mendapat ancaman dan tindakan represif. Harusnya ketika ada demo, cukup ditemui dan diajak diskusi. Tidak perlu ada bentrokan,” kecam Helmi.

Menanggapi aspirasi massa, Kapolres Sampang AKBP Hartono menyatakan komitmennya menjaga keamanan secara humanis. Dia berharap agar kejadian di Jakarta tidak terulang di Sampang.

“Demi Allah, saya tidak pernah punya niat ataupun memerintahkan anak buah saya untuk melakukan tindakan demikian. Mari kita doakan agar anggota kami dalam menjalankan tugas tetap manusiawi,” ungkapnya.

Hartono mengatakan, dirinya ingin setiap aksi ditemui oleh pimpinan terkait agar tidak ada pelampiasan ke Polisi di lapangan. Sebab, jika tidak ditemui, massa jadi kecewa dan terjadi gesek dengan aparat.

“Padahal niatnya bukan permusuhan. Mari kita sama-sama ciptakan suasana kondusif,” pesannya.

Usai menyampaikan aspirasinya, massa kemudian bergeser ke depan Mapolres dengan menyalakan lilin dan melakukan orasi mengecam represifitas aparat dan mendoakan Affan. (syie)

Kecam Keras Insiden Ojol, PMII Jatim Desak Reformasi Total Polri

0

salsabilafm.com – Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII) Jawa Timur mengeluarkan kecaman keras atas tewasnya pengemudi Ojek Online (Ojol) Affan Kurniawan, yang diduga dilindas kendaraan taktis milik Brimob saat pembubaran massa di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat, Kamisq malam (28/8/2025).

Insiden ini dinilai sebagai bukti nyata ketidakmanusiawian tindakan aparat dalam pengendalian massa.

Mandataris Ketua PKC PMII Jawa Timur Mohammad Ivan Akiedo Zawa, mengecam keras tindakan kebrutalan, dan kegagalan aparat kepolisian dalam menjalankan pengendalian massa aksi dengan langkah-langkah yang humanis serta berpihak pada sipil.

“Jelas, ini menambah catatan kesenjangan antara harapan masyarakat dan realitas di lapangan dalam penegakan hukum oleh aparat kepolisian di Indonesia,” katanya, Jumat (29/8/2025).

“Makin menjadi krisis dimana masifnya oknum Polisi yang tidak profesional, tidak transparan, tidak adil kepada sipil yang lemah, serta brutal terhadap siapa pun yang berani menyuarakan hak-hak demokrasi yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945,” sambung Edo, sapaannya.

Dia menegaskan, PMII Jatim mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dan mendesak reformasi total institusi Polri. Menurutnya, pengawasan terhadap kewenangan polisi dinilai tidak efektif, ditandai dengan rentetan kekerasan oleh aparat yang menunjukkan pelanggaran kode etik. Upaya perbaikan serius di kepolisian tampaknya tidak berjalan, dan moralitas semakin menurun.

Praktik kepolisian masih dipengaruhi oleh warisan cara kerja Orde Baru, dengan penggelembungan tugas dan kewenangan yang berlebihan. Selain itu, budaya permisif terhadap kekerasan masih ada dan cenderung melindungi anggota kepolisian yang melanggar etik.

“Hal ini menunjukkan bahwa reformasi kepolisian masih diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dan memperbaiki kinerja kepolisian,” ungkapnya.

Insiden tersebut, lanjutnya, menjadi alarm keras bahwa reformasi Polri untuk menjamin hak-hak sipil bersifat mendesak dan tidak bisa ditunda. Tanpa langkah tegas, tragedi serupa hanya tinggal menunggu waktu serta giliran bagi siapa pun yang berani menyuarakan hak berpendapat di muka umum yang dilindungi konstitusi.

“Darah rakyat tidak boleh tumpah sia-sia akibat kebrutalan aparat negara,” tegasnya.

Dia berjanji, PKC PMII Jawa Timur akan terus mengawal reformasi Polri dan proses hukum insiden tewasnya Affan Kurniawan.

Berikut tuntutan PKC PMII Jawa Timur

  1. Insiden kasus Affan Kurniawan menuntut semua oknum anggota dan atasan kepolisian bertanggung jawab dengan diadili secara transparan, dan tidak berhenti pada etik.
  2. Beri perlindungan dan kompensasi bagi keluarga korban, negara wajib hadir dan menjamin keadilan hukum.
  3. Moratorium penggunaan kendaraan taktis dalam pembubaran massa, sampai SOP crowd control direvisi sesuai standar HAM internasional.
  4. Reformasi institusi Polri dari budaya permisif terhadap kekerasan yang cenderung melindungi anggota kepolisian yang melanggar etik.
  5. Mengecam keras segala bentuk intimidasi dan intervensi brutal oleh aparat kepolisian dalam mengendalikan aksi massa saat undang-undang menjamin kebebasan berekspresi dan menyuarakan hak di muka umum.
  6. PKC PMII Jawa Timur akan mengawal secara melekat isu-isu keadilan dan penegakan hukum yang menyangkut aktivis dan sipil untuk mendorong reformasi Polri dari mental kesewenang-wenangan dan brutal. (Mukrim)

Lesbumi PWNU Jatim Gelar Pesta Puisi Kemerdekaan di Ujung Bulan

0

salsabilafm.com – Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI) PWNU Jawa Timur menggelar acara “Pesta Puisi Kemerdekaan di Ujung Bulan”, pada Minggu, 31 Agustus 2025, pukul 13.00 WIB di Aula KH Bisri Syansuri, PWNU Jawa Timur, Jln Masjid Al-Akbar Timur no 9, Gayungan Surabaya.

Acara ini sekaligus Launching Buku Puisi “Pengantin Bulan Domba” karya Didik Wahyudi. Penyair yang alumni Unesa ini dikenal aktif berteater lewat Teater Institut Surabaya.

Didik Wahyudi, turut dalam produksi klips Museum Nahdlatul Ulama (NU) sutradara dan naskah Riadi Ngasiran (kini Ketua Lesbumi PWNU Jawa Timur), saat diresmikan KH Abdurrahman Wahid pada Desember 2004.

Sejumlah Penyair akan hadir, baik tingkat Nasional maupun Jawa Timur. Mereka adalah Mardi Luhung, Mashuri, Ribut Wijoto, Aji Ramdhan, Kiai Chalim Kohari, Muhammad Choiri, Haidar Hafiiz, dan lain-lain.

Ada juga Presiden Penyair Jawa Timur, Aming Aminoedhin dan Widodo Basuki, serta A. Muttaqien, siap hadir memeriahkan agenda terbuka untuk umum ini di Surabaya.

“Kami sengaja mengumpulkan para seniman dalam memeriahkan HUT Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia kita tercinta pada akhir bulan. Hal ini lazim bagi warga Nahdliyin, peringatan harlah misalnya, ya bisa berlangsung sebulan penuh. Termasuk peringatan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa kita ini,” tutur Ning Nabila Dewi Gayatri, Sekretaris LESBUMI PWNU Jatim dalam keterangan pers, Jumat (29/8/2025).

Para seniman, terutama dari Lesbumi NU dari sejumlah daerah pun hadir. Seperti dari Sidoarjo, Bangil, Jombang, Gresik, dan tentu saja dari Surabaya.

“Sengaja kami rancang untuk memeriahkan Tujuh belasan, namun tidak kehilangan hikmah dari kegiatan ini,” tutur Gus Wildan K. Amrullah, panitia kegiatan ini yang juga Bendahara Lesbumi PWNU Jawa Timur, menambahkan.

Penyair dan Pesan Mbah Hasyim

Para seniman Lesbumi NU, banyak berkiprah di berbagai bidang dan berprestasi secara nasional. Mardi Luhung, misalnya, tinggal di Gresik sebagai Guru, karya-karyanya dikenal dalam konstelasi Sastra Indonesia secara nasional. Termasuk juga Mashuri, sebagai Penyair Nasional yang sehari-hari sebagai peneliti BRIN.

Bersama sejumlah penyair Nasional, Mardi Luhung belum lama ini tampil dalam acara di Museum Islam Indonesia KH. M. Hasyim Asy’ari, Tebuireng Jombang. Pada kesempatan itu, disaksikan pula KH Kikin Abdul Hakim Mahfudz, Ketua PWNU Jawa Timur yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.

“Saya memang tidak pernah nyantri di Tebuireng. Tapi, saya selalu rindu hadir di Tebuireng. Alhamdulillah, saya berkesempatan ziarah ke makam Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari,” kesan Mardi Luhung.

Sebagai bagian dari Nahdliyin, Mardi Luhung mengingatkan warga NU agar masuk NU melalui pintunya, tidak lewat jendela. “Dalam Qanun Asasi NU, Risalah Mbah Hasyim mengingatkan tentang ilmu agama yang bersanad itu. Jadi, tanpa sanad kita bisa masuk NU tapi lewat jendela,” tutur Penyair “Ciuman Bibirku yang Kelabu” ini. (*)

Sampaikan Belasungkawa, Presiden Prabowo Perintahkan Usut Tuntas Insiden Pengemudi Ojol

0

salsabilafm.com – Presiden Prabowo Subianto menyampaikan duka cita mendalam atas tewasnya pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan, yang dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob saat terjadi aksi demonstrasi di Jakarta Pusat, Kamis (28/8/2025) malam.

Dalam pernyataan resminya melalui YouTube Sekretariat Presiden rekaman pada Jumat (29/8/2025), Prabowo menegaskan bahwa pemerintah akan mengusut tuntas insiden tersebut dan menjamin kehidupan keluarga korban.

“Saya atas nama pribadi dan atas nama pemerintah Indonesia mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Saya sangat prihatin dan sangat sedih terjadi peristiwa ini. Pemerintah akan menjamin kehidupan keluarganya, dan memberi perhatian khusus kepada orang tua serta saudara-saudara almarhum,” kata Prabowo.

Prabowo mengaku terkejut dan kecewa dengan tindakan aparat yang dinilai berlebihan. Dia memerintahkan agar insiden itu diusut secara transparan dan menegaskan, jika ditemukan pelanggaran, petugas yang terlibat akan ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku.

“Sekali lagi saya terkejut dan kecewa dengan tindakan petugas yang berlebihan. Saya sudah perintahkan agar insiden tadi malam diusut secara tuntas, dan petugas yang terlibat harus bertanggung jawab,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Prabowo juga mengingatkan agar masyarakat tetap tenang dan tidak terprovokasi pihak-pihak yang ingin membuat kerusuhan. Ia menekankan, aspirasi sah tetap boleh disampaikan, namun harus dalam koridor hukum yang berlaku.

“Untuk itu kita harus waspada, kita harus tenang dan kita tidak boleh mengizinkan kelompok-kelompok yang ingin membuat huru-hara dan kerusuhan,” imbuhnya. (*)

Program Andalan Prabowo Tercoreng, 2 Siswa di Sampang Dilaporkan Diare Usai Konsumsi MBG

salsabilafm.com – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tercoreng. Sebabnya, dua siswa SDN Karanganyar 1, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang, dilaporkan mengalami diare setelah mengonsumsi menu makanan dari dapur MBG, Dusun Bicabbih, Desa Samaran.

Safii, salah satu wali murid mengungkapkan, kedua anaknya mengalami sakit perut dan diare usai menyantap makanan MBG pada Kamis (28/08/2025). Menu tersebut terdiri dari nasi goreng, telur campur tahu, jeruk, dan susu.

“Nasi gorengnya basi. Anak saya sampai minta pulang karena sakit perut sampai diare. Saya juga punya bukti dari wali murid lain yang membenarkan hal itu,” katanya, Jum’at (29/8/2025)

Safii menyebut anak-anaknya tidak mengonsumsi makanan lain selain menu dari dapur MBG. Sehingga ia yakin penyebab gangguan pencernaan berasal dari makanan tersebut. Ia pun membawa anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat karena kondisi tak kunjung membaik.

“Bukan cuma anak saya, anak tetangga juga sampai muntah-muntah. Saya minta kegiatan memasak dihentikan sementara. Makanan seperti itu bukan untuk manusia, layaknya buat hewan,” tegasnya.

Safi’i menilai pihak pengelola dapur MBG di Desa Samaran telah lalai dalam memastikan kualitas makanan. Karena itu, tidak menutup kemungkinan dirinya akan menempuh jalur hukum jika insiden ini tidak ditangani serius.

Menanggapi tudingan tersebut, Dekkir selaku penyedia dapur MBG Desa Samaran membantah adanya kelalaian. Menurutnya, seluruh proses produksi makanan telah melalui tahapan dan pengawasan dari tenaga ahli.

“Saya sebagai mitra dapur tidak menangani langsung masakan karena tiap bagian sudah ada petugasnya, termasuk ahli gizi. Menu sudah melalui persetujuan ahli gizi,” jelasnya.

Dekkir menegaskan, pihaknya menjalankan program sesuai dengan arahan pemerintah dan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan akan menjadikan laporan tersebut sebagai bahan evaluasi.

“Ini menjadi catatan penting bagi kami untuk lebih waspada. Kita juga perlu menelusuri penyebab pasti diare, apakah dari nasi goreng, susu, atau faktor lain,” tanya dia.

Hingga berita ini diterbitkan, ahli gizi dapur MBG Desa Samaran, Hayati, belum memberikan keterangan resmi. Media ini akan terus berupaya menghubungi pihak terkait guna memperoleh informasi lebih lanjut mengenai insiden tersebut. (Mukrim)

433 Orang di Sampang Terinfeksi Campak, 4 Kecamatan Penyumbang Terbanyak

salsabilafm.com – Kasus campak di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, tercatat sangat tinggi. Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes KB) setempat melaporkan sebanyak 433 kasus suspek campak yang tersebar di 14 kecamatan.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes KB) Sampang menunjukkan, suspek campak per tanggal 27 Agustus 2025 tercatat sebanyak 433 jiwa yang terdata dari 22 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di wilayah tersebut.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinkes KB Sampang Samsul Hidayat mengatakan, dari semua puskesmas ditemukan kasus campak. Namun, ada beberapa wilayah yang tergolong tinggi, seperti di puskesmas Camplong, Tanjung, Omben, Jrangoan dan Torjun dengan jumlah di atas 30 kasus.

Sedangkan untuk puskesmas lainnya relatif tergolong rendah dengan rata-rata kasus 30 ke bawah, bahkan ada yang hanya dua sampai 10 kasus, seperti di Puskesmas Batulenger, Bunten Barat dan lainnya.

“Tertinggi kasus suspek campak ini di wilayah Kecamatan Camplong dan Omben. di Puskesmas Camplong tercatat sebanyak 60 kasus, Puskesmas Tanjung 55 kasus, Puskesmas Omben 46 kasus dan Puskesmas Jrangoan 42 kasus,” ungkapnya, Jum’at (29/8/2025).

Samsul menjelaskan, tingginya kasus campak itu lantaran kondisi perubahan cuaca dan belum optimalnya imunisasi vaksin MR. Untuk itu, pihaknya terus menggalakkan program imunisasi vaksin MR di sekolah-sekolah.

“Dari 433 kasus ini, jumlah kematian hanya ada satu, di Puskesmas Banjar Kecamatan Kedungdung,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Omben Drg Yuanita Purnamawati hanya merespon singkat, belum memberikan keterangan secara detail terkait tingginya suspek campak di wilayahnya tersebut. “Nggeh sebentar, saya sambil lalu praktek,” jawabnya melalui pesan WhatsApp. (Mukrim)

Pemprov DKI Fasilitasi Pemakaman Pengemudi Ojol dan Biayai 38 Korban Luka

0

salsabilafm.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengonfirmasi satu orang meninggal dunia dan 38 lainnya mengalami luka-luka dalam insiden unjuk rasa pada Kamis (28/8/2025) malam.

Dilansir dari cnnindonesia, korban meninggal adalah Affan Kurniawan, pengemudi ojek online (ojol) yang tewas setelah dilindas kendaraan taktis Brimob Polri. Pemprov DKI memastikan memberikan pendampingan penuh bagi keluarga korban, mulai dari pemulasaraan jenazah hingga pemakaman.

“Kami berkomitmen untuk membantu sepenuhnya agar keluarga tidak terbebani. Pemulasaran dan pemakaman akan kami fasilitasi dengan sebaik-baiknya,” kata Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung dalam keterangan resminya.

Selain itu, Pemprov DKI juga menanggung penuh biaya perawatan bagi 38 korban luka-luka yang dirawat di sejumlah rumah sakit. Berikut distribusinya:

RSCM: 1 orang

RS Pelni: 12 orang

RSPP: 8 orang

RS Bhakti Mulia: 5 orang

RS Budi Kemuliaan: 2 orang

RS Patria IKKT: 1 orang

RSAL Mintohardjo: 5 orang

RS Eka Permata Hijau: 1 orang

RSUD Tarakan: 1 orang

RSKD Duren Sawit: 2 orang

Pemakaman Affan dijadwalkan berlangsung hari ini, Jumat (29/8/2025), di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat. Sekitar 1.000 pengemudi ojol dikabarkan akan mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Sementara itu, situasi di sekitar Mako Brimob Kwitang, Jakarta Pusat, masih memanas. Sejumlah massa bertahan sejak semalam, dan aparat kepolisian berupaya membubarkan kerumunan dengan tembakan gas air mata.

Pramono mengimbau semua pihak agar menjaga suasana ibu kota tetap kondusif.

“Kami berharap semua pihak dapat menahan diri dan mengutamakan penyelesaian dengan cara yang damai. “Jakarta adalah rumah kita bersama, dan kita harus menjaganya agar tetap harmonis dan tertib,” ujarnya.(*)

Pengemudi Ojol Tewas Dilindas Mobil Barakuda Brimob Saat Demo DPR

0

salsabilafm.com – Kericuhan demo di sekitar Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Kamis (28/8/2025) malam, memakan korban dari kalangan pengemudi ojek online (ojol).

Beredar video amatir warga yang memperlihatkan sebuah mobil taktis Brimob melaju kencang memecah kerumunan massa di kawasan Pejompongan, Tanah Abang, Jakarta. Dalam rekaman, terlihat seorang pengemudi ojol tersungkur ke jalan dan terlindas kendaraan tersebut.

Teriakan warga sempat terdengar ketika korban tergilas. Mobil sempat berhenti sesaat, namun kemudian melanjutkan laju dan kembali melindas tubuh ojol yang sudah terkapar.

Informasi yang beredar di media sosial menyebutkan ada dua korban driver ojol dalam peristiwa itu. Korban selamat atas nama Umar asal Sukabumi. Dalam sebuah video, ia terlihat terbaring di rumah sakit dengan kondisi sadar. Rekan-rekannya memastikan Umar masih hidup.

Sementara, untuk korban meninggal dunia bernama Affan Kurniawan. Berdasarkan informasi yang beredar di media sosial, Affan tercatat meninggal dunia di RSCM. Ada juga kabar dari RS Pelni mengenai ojol yang dinyatakan wafat usai insiden.

Unggahan foto jenazah yang dibalut kain hijau di rumah sakit makin menguatkan kabar duka ini. Rekan-rekan sesama ojol pun mengucapkan belasungkawa di berbagai platform media sosial. (*)