Melihat Tradisi Maulidan: Lebaran Kedua bagi Warga Madura

Spread the love

salsabilafm.com – Untuk menyambut Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal Tahun Hijriah, warga Madura menggelar acara Maulidan. Kegiatan itu dikenal merupakan tradisi bagi umat Islam yang ada di Pulau Garam.

Maulid Nabi sendiri dilakukan masyarakat dengan cara mengundang ulama, tetangga dan para kerabat. Kemudian mereka membaca puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW dan ditutup dengan doa.

Tak hanya satu rumah, tetapi hampir satu desa menggelar maulidan. Acara Maulid Nabi itu bergantian dari satu rumah ke rumah warga yang lain. Sehingga warga yang datang ke acara maulidan harus membawa tas plastik.

Hal itu dilakukan untuk menyimpan bherkat (istilah Madura), Yaitu keranjang berisi nasi dan lauk, kue serta buah-buahan. Sebab, setiap rumah yang didatangi pasti ada berkatnya. Jika warga itu mendatangi 10 rumah, berarti mendapat 10 berkat.

Bisa dibayangkan bila tidak membawa tas plastik, tentunya akan kesulitan saat membawa berkat. Sehingga semua warga baik orang tua maupun anak-anak membawa tas plastik. Kondisi tersebut seperti yang terjadi di Desa Kajjan, Kecamatan Blega, Bangkalan, Minggu (15/9/2024).

Pada umumnya, acara Maulidan dimulai sesuai kesepakatan dari tokoh ulama dan masyarakat setempat. Setiap kampung berbeda. Ada yang dimulai habis sholat Shubuh, sesudah sholat dhuhur ada pula ba’da sholat Asar.

“Setiap tahun saya selalu hadir pada acara Maulid Nabi. Disamping untuk membaca sholawat pada Nabi, juga bisa silaturahmi dengan teman-teman yang jarang ketemu,” terang salah seorang warga setempat, Ahmad Rofi.

Maklum, sambung Rofi, selama ini sebagian besar temannya merantau ke luar pulau, ketika Maulid Nabi mereka datang semua. Sehingga tali silaturahmi yang mulai renggang bisa dipererat kembali.

“Bagi masyarakat di sini Maulid Nabi dianggap sebagai lebaran kedua. Semua warga merayakan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW. Jadi yang ada di perantauan mudik ke kampung halaman,” ungkapnya.

Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat setempat, Dasuki menyatakan, setiap tanggal 11 Rabiul Awal Tahun Hijriah warga Madura menggelar Maulid Nabi dengan cara mengundang tetangga, keluarga dan ulama untuk membaca doa di rumah mereka.

“Tidak hanya satu rumah yang menggelar Maulid Nabi pada hari ini, tetapi banyak. Sehingga acara yang dimulai pertama kali dari ba’da Sholat Subuh selesainya sampai Isak,” terang Dasuki.

Menurutnya, dalam menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad tidak hanya dengan mengundang tetangga untuk membaca doa di rumahnya, namun mereka juga mengantarkan masakan khas Madura ‘Kuwa Adhun’ kepada tetangga pada pagi harinya.

“Tradisi yang merupakan warisan dari nenek moyang ini tetap terjaga sampai kini. Kita sebagai umat Islam sangat cinta terhadap Nabi Muhammad SAW, karena berkat perjuangan beliau telah mengangkat kami dari alam kegelapan menuju alam terang yakni agama Islam,” ujarnya.

Ia menambahkan, Maulid Nabi tidak hanya dilakukan dalam sehari, tetapi selama satu bulan penuh. Yakni pada Rabiul Awal Tahun Hijriah. Dimana setiap warga secara bergantian menggelar Maulid Nabi, yang bukan hari ini.

“Kalau besok pas tanggal 12, biasanya di masjid-masjid yang menggelar Maulid Nabi. Kami berharap tradisi ini tetap lestari sampai kapan pun,” pungkasanya. ((Mukrim)


Spread the love

Related Articles

Latest Articles