salsabilafm.com – ‘Pendidikan tidak penting untuk perempuan, toh akhirnya perempuan hanya akan menjadi ibu rumah tangga yang sibuk mengurus suami dan anak, kerjanya di dapur, sumur, dan kasur’. Pernyataan yang mencerminkan ketimpangan gender masih mengakar kuat di kehidupan, utamanya di akar rumput pedesaan.
Stereotip tersebut menjadi barrier yang tebal, tinggi, kokoh dan penghalang yang membatasi ruang akademis perempuan untuk sukses dan berkarya. Sehingga, tidak sedikit perempuan yang memilih menunda dan mengesampingkan pendidikan serta mengubur dalam keinginannya untuk menjadi kawah candradimuka.
Hal tersebut di atas tidak berlaku bagi Siti Harizah, perempuan yang lahir di pelosok desa, tepatnya Dusun Seban, Desa Karang Penang Oloh, Karang Penang, Sampang. Stereotip negatif tentang perempuan bukan penghalang baginya, tetapi tantangan yang harus dihadapi dan menjadi motivasi tersendiri untuk terus mengenyam pendidikan setinggi mungkin.
Tepat hari ini, Sabtu (24/5/2025), perempuan yang akrab disapa Harizah itu resmi bergelar Dr. Siti Harizah, S. Pd. I,. M.E,. Program Doktor Ekonomi Syariah (S3), Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Tak tanggung-tanggung ia diwisuda dengan predikat cumlaude.
Kepada salsabilafm.com, Hariza mengaku sangat bangga dengan pencapaian ini. Sebuah pencapaian yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata ataupun lukisan, kecuali rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan kekuatan jiwa dan raga dalam perjuangan luar biasanya selama ini.
“Yang sangat membuat saya terharu, S2 2022 lalu saya lulus dengan nilai cumlaude dan menjadi wisudawan terbaik, dan alhamdulillah S3 Allah mengizinkan kembali dengan nilai cumlaude. Semoga dengan gelar ini ilmu yang Allah berikan bisa selalu bermanfaat untuk sesama. Amin,” ungkapnya, Sabtu (24/5/2025) siang.
Hariza menceritakan, pencapaian pada titik akhir ini banyak lika-liku jalan yang harus dilalui dengan penuh rasa sabar, kuat, dan tangguh. Hariza mengaku pernah beberapa kali hampir putus di tengah perjuangan. Namun, ia berusaha bangkit karena yakin jika perjuangan itu mudah maka hasilnya tidak akan indah.
Satu hal yang membuatnya bertahan adalah karena pendidikan itu penting baginya. Pendidikan tidak bisa diukur dengan luasnya lautan, karena hidup tanpa pendidikan ibarat berjalan tanpa tujuan, dengan pendidikan lebih mudah mengarahkan pola hidup ke arah yang lebih baik untuk menemukan tujuan hidup yang sesungguhnya.
“Pendidikan memang bukan segala-galanya, tetapi segala galanya dimulai dari pendidikan. Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kita gunakan untuk mengubah dunia,” tuturnya.
Perempuan yang kini telah bergelar doktor itu berharap, Allah memberikan kesehatan dan kemampuan untuk selalu bisa memberikan kontribusi lebih baik bagi agama, nusa dan bangsa. Juga, bagi orang-orang yang membutuhkannya agar masuk dalam konsep khoirunas anfa’uhumlinnas.
“Dengan semua yang kita raih dalam hidup, kita harus sadar bahwasanya di dunia ini semua hanya titipan dan perjalanan. Maka pergunakanlah semua titipan sebaik mungkin dan sebagaimana mestinya sampai perjalanan ini berakhir,” pungkasnya. (Romi)