Hasani Utsman Gunakan Metode Sains dan Filsafat dalam Menulis tentang Humor Madura

Spread the love

salsabilafm.com – Setelah menyelesaikan buku Tengka (Etika Sosial Dalam Masyarakat Tradisional Madura), Hasani Utsman, penulis asal Kampung Sumber Batu, Desa Blumbungan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, kini tertarik kepada humor orang Madura.

Alumnus Al Azhar, Mesir 2014 itu, mulanya tidak punya ketertarikan khusus terhadap humor. Tetapi ketertarikannya justru kepada kajian tentang Madura dan ragam dimensi kebudayaannya. “Itu pun jalan yang saya tempuh terhadap kajian Madura yang analisis,” jelasnya, Sabtu (22/2/2025).

Maksud dari kajian analisis tersebut seperti deskripsi dan narasi tentang Madura yang perlu dianalisis. Ketertarikannya terhadap humor Madura itu setelah merasakan menjadi orang Madura yang dipenuhi oleh stigma, stereotip, seperti orang Madura yang agresif, humoris, kuat karena jamunya, dan lain sebagainya

Bagi pria yang menempuh S2 di UIN Sunan Jogjakarta itu, budaya pop selalu menginginkan citra Madura yang penuh humor hingga mendekati bodoh dan tolol. Hal itu bisa dibuktikan dengan diproduksinya naskah-naskah humor Madura baik yang ditulis oleh orang Madura sendiri maupun orang luar.

Dia memikirkan dan mulai menulis filsafat humor Madura sejak tahun 2017. Namun hingga saat ini belum juga rampung karena memiliki kendala pikiran. Yaitu, apakah humor Madura akan diselesaikan menggunakan tradisi pengetahuan sains atau menggunakan tradisi pengetahuan filsafat.

“Saya sudah coba menyelesaikannya dengan tradisi sains yang kuantitatif. Tapi rasanya jadi dangkal dan sempit, dan terlalu terukur,” ungkap pria yang kini tinggal di Jalan Pemuda Bahari Nomor 15, Kecamatan Sampang itu.

Baginya, semua dimensi tradisi ke-maduraan menjadi tradisi keilmuan. Karena humor, tidak hanya dimiliki masyarakat Madura, tetapi jarang dikembangkan menjadi pengetahuan.

“Saya masih belum tahu akan diterbitkan di mana. Tapi kemungkinan besar di penerbit sekitar Yogyakarta. Karena jejaring saya di bidang penerbitan di daerah tersebut,” ucap pria kelahiran Pamekasan pada tahun 1987 itu.

Bagi Hasani Ustman, dampak humor Madura secara teoretis bisa diproduksi dengan basis kebudayaan Madura yang original dan otentik. Secara sosial, humor menjadi semakin berkembang.

Karena humor bermanfaat dalam kehidupan sosial. Bahkan di Barat, humor diteliti. Sehingga menjadi faktor yang lebih determinan dan dominan dibandingkan hubungan seksual sebagai pendukung keberlangsungan ikatan pernikahan.

Ketika manusia semakin tua akan semakin memerlukan humor dan semakin tidak memerlukan hubungan seksual. Rata-rata pasangan yang bertahan hingga usia 60 tahun adalah pasangan yang humoris.

Sayangnya, humor hari ini semakin langka. Karena individualisme dalam masyarakat dengan watak yang komersial. Sehingga manusia berada dalam kehidupan yang jika ingin tertawa harus bayar mahal. Contohnya ketika menyaksikan humor dalam pertunjukan.

Padahal sejatinya, humor adalah fitrah manusia yang bisa ditemukan di mana saja. Kalau humor Madura hari ini banyak sekali ditemukan, tapi alat yang bisa digunakan untuk verifikasi dan produksi humor Madura belum ada.

“Karena itu, saya menulis filsafat humor Madura, saya berharap bisa digunakan untuk tugas verifikasi dan produksi humor Madura,” ujarnya.

Hilangnya tradisi humor karena faktor masyarakat yang semakin tidak humoris. Orang Madura tidak penuh humor itu ketika ada dalam dua kondisi. Pertama, terkonsentrasi pada politik praktis. Kedua, ketika secara keislaman terkonsentrasi pada fikih.

“Karena Madura dan tradisi humornya dengan tradisi humor yang sufistik,” pungkasnya. (*)


Spread the love

Related Articles

Latest Articles