salsabilafm.com – Seorang anak berusia 4 tahun diduga jadi korban malapraktik sunat ring yang mendatangkan perawat dari Praktik Keperawatan Mandiri di Pamekasan.
RQ, warga Kecamatan Kadur mengungkapkan, pada 2 Juli 2025 ia menyunat anaknya yang masih berusia empat tahun menggunakan sistem ring. Namun, prosesnya sempat mengkhawatirkan anaknya.
“Saya mendatangkan pihak klinik yang kata masyarakat bisa menyunat dengan sistem ring dengan tarif Rp 800 ribu,” katanya, Senin (21/7/2025).
Ia bercerita, dua orang yang datang ke rumahnya bukan mereka yang biasa melakukan sunat ring. Keduanya merupakan mahasiswi dari salah satu perguruan tinggi di Kabupaten Sampang.
“Saya sempat tanya ke mereka ternyata masih berstatus mahasiswi. Namun yang mereka lakukan seperti sunat malapraktik ke anak saya,” katanya.
RQ menilai proses penyunatan terhadap anaknya dilihat sangat rumit. Bahkan sampai satu jam tidak selesai. “Berdasarkan informasi sebelumnya biasanya hanya setengah jam selesai,” katanya.
Ia menceritakan, saat itu dua mahasiswi tersebut melakukan pembiusan terhadap alat kelamin anaknya. Setelah itu, dimulailah pemasangan ring.
Namun, dua mahasiswi itu terlihat memaksa memasang ring yang sepertinya tidak muat. Bahkan sampai dua ring yang dipakai karena yang pertama gagal.
“Akhirnya, ada satu orang lain datang membantu. Ring tersebut tetap dipaksa bisa terpasang,” tuturnya.
Setelah selesai, ketiga orang tersebut meninggalkan rumah korban. Sebelumnya disampaikan, jika dalam seminggu ring bisa lepas dan sembuh. Namun, saat malam hari, darah keluar cukup deras dari alat kelamin anaknya. Karena khawatir, ia menghubungi pihak klinik dan diberi solusi untuk dibersihkan.
“Malam itu anak saya kesakitan dan kami pun semakin khawatir. Karena pada awal pemasangan ring sudah mengkhawatirkan,” katanya.
Setelah beberapa hari, ring bergerak mundur ke arah pangkal kelamin korban. Saat itu, kekhawatiran semakin tinggi. Hingga saatnya, salah satu orang dari klinik datang untuk membuka ring. Anehnya, saat ring akan dibuka tidak dilakukan pembiusan terlebih dahulu.
“Ring sudah ada di belakang dan sulit dipotong. Tapi perawatnya memaksakan memasukkan gunting tanpa dibius. Akhirnya anak saya menjerit,” ungkapnya.
Akhirnya perawat itu diminta pulang untuk mengambil bius. Berselang beberapa menit dibius dan ring berhasil dibuka. Namun, ring yang mundur ke arah pangkal kelamin mengakibatkan luka cukup parah dan berdarah. Ini mengkhawatirkan keluarga korban.
“Saya kecewa karena yang dikirim ke rumah saya sepertinya orang yang tidak terlalu berpengalaman,” imbuhnya.
Penanggung jawab Praktik Keperawatan Mandiri, Ahmad Zubairi membenarkan kejadian tersebut. Namun, menurutnya, hal itu tidak ada unsur kesengajaan dan bukan malapraktik.
“Tidak ada pernah ada kejadian tersebut sebelumnya. Kami sudah meminta maaf kepada keluarga anak tersebut,” katanya.
Dia menjelaskan, dua orang yang datang pertama kali ke rumah anak yang sudah diakui sudah bersertifikat sehingga tidak ada kesalahan dalam proses penyunatan.
“Kemungkinan anaknya aktif sehingga ring sempat mundur ke arah belakang,” katanya.
Pihaknya akan bertanggung jawab untuk mendampingi proses penyembuhan. “Kami akan mendampingi sampai anak tersebut benar-benar sembuh,” ucapnya.
Pihaknya pun sudah menjelaskan kepada keluarga bahwa tidak efek yang fatal terhadap alat vital anak. “Yang terjadi luka hanya kulitnya saja akibat ring yang sempat bergeser ke belakang,” tutupnya. (*)