salsabilafm.com – Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sampang, KH. Moh. Itqon Bushiri menyampaikan perlunya melakukan riset dan penelitian sejarah NU di kota Bahari. Hal itu untuk mengungkap fakta-fakta sejarah NU yang belum tercatat.
“Sebenarnya kita sudah lama ingin mengulas tentang sejarah awal mula berdirinya NU di kabupaten Sampang,
minimal NU Sampang ada ensiklopedianya,” katanya, saat membuka acara pelatihan riset sejarah NU Sampang di auditorium Bumi Tegal Ombo, STKIP-PGRI Sampang, Selasa, (20/5/2025).
Dia mengungkapkan, Sampang pernah didatangi langsung oleh Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari, namun sejarah ini tidak tercatat. Disebutkan dalam ensiklopedia PBNU bahwa KH Hasyim Asy’ari pernah singgah di Sampang, dan ada hubungan dengan keluarga KH Hasan Abrori melalui kakeknya, Kyai Khotib.
PCNU Sampang, kata Kiai Itqon, telah mengadakan lomba tulisan sejarah NU pada periode 2018. Namun, upaya tersebut belum cukup untuk membuktikan dan mengurutkan sejarah berdirinya NU secara lengkap. Saat ini, PCNU Sampang hanya memiliki AD/ART dan Perkum sebagai modal, dan tetap berpegang teguh pada ajaran NU untuk membangun kesadaran beragama, berbangsa, dan bernegara.
“Kita teruskan tradisi kuno NU seperti bahsul masail dalam setiap kegiatan, dan alhamdulillah sudah tercatat dalam kitab Ahkamul Fuqaha, sehingga setiap kegiatan bahsul masail dapat terdokumentasi dengan baik,” ungkapnya.
Dia berharap, kegiatan riset sejarah NU ini tidak hanya bersifat seremonial, tapi dapat menjadi bukti sejarah yang bermanfaat bagi generasi mendatang. Karenanya, dia berterima kasih kepada Lembaga Ta’lif wan-Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) dan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PCNU Sampang yang telah menggelar pelatihan riset sejarah Nahdlatul Ulama.
“Acara ini tidak merepotkan PCNU Sampang dan hanya meminta dukungan doa. Kami harap kegiatan ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi generasi saat ini untuk mengetahui sejarah perjuangan para ulama pendahulu yang luar biasa,” harapnya.
“Kita laksanakan niatan ini bukan untuk komersial, tapi agar perjuangan para ulama pendahulu kita dapat dibaca dan ditelaah oleh generasi saat ini dan mendatang. Perjuangan mereka sangat luar biasa, dengan keterbatasan seperti tidak ada kendaraan, hanya jalan kaki, dan berdakwah dengan menggunakan kuda. Sejarah ini perlu ditulis dan diceritakan agar tidak terlupakan,” sambungnya, mengakhiri sambutan. (Mukrim)